Rabu, 21 Januari 2009

CERITA TENTANG BARRACK HUSEIN OBAMA

CERITA TENTANG BARRACK HUSEIN OBAMA
(BARRY)

Kemenangan Partai Demokrat dalam pemilu legislatif Amerika Serikat tak lepas dari peran sejumlah juru kampanye yang populer. Selain mantan presiden Bill Clinton, tokoh populer yang sering ditampilkan dalam kampanye-kampanye Demokrat adalah Senator Barack Obama. Sisi lain kehidupan Obama disajikan dalam laporan berikut ini.
Senator yang mewakili Negara Bagian Illinois itu memiliki nama lengkap Barrack Hussein Obama Jr. Namanya mulai jadi perhatian dunia saat dia terpilih sebagai senator pada 2004. Saat itu, dia meraih 70 persen suara pemilih sedangkan saingannya, Allan Keyes, hanya memperoleh 27 persen suara.
Obama merupakan orang kulit hitam kelima yang berhasil meraih kursi Senat dalam sejarah AS. Menurut jajak pendapat Oktober 2006, peluangnya untuk menjadi kandidat presiden AS dari kubu Demokrat hampir menyaingi Senator Hillary Rodham Clinton (istri Bill Clinton). Obama berasal dari keluarga campuran secara ras. Ayahnya, Barack Hussein Obama Sr, adalah ekonom kulit hitam yang berasal dari Kenya. Ibunya, Stanley Ann Dunham, merupakan wanita kulit putih kelahiran Wichita, Kansas.
Sewaktu Obama dilahirkan pada 4 Agustus 1961, kedua orang tuanya kuliah di East-West Center University of Hawaii di Manoa. Obama mulanya beragama Islam, tetapi kemudian dia beralih menganut Kristen.
Saat dia berumur dua tahun, orang tuanya bercerai. Ayahnya kembali ke Kenya dan meninggal pada 1982. Ann Dunham kemudian menikah dengan Lolo Soetoro, seorang mahasiswa Indonesia yang juga kuliah di University of Hawaii.
Obama mulai menghirup udara Indonesia ketika keluarganya pindah ke Jakarta pada 1967. Sekitar empat tahun masa kecilnya dilewati di Jakarta. Di kota itu pula, adik tirinya, Maya Soetoro-Ng, lahir.
Pada masa kecil itu, Obama lebih dikenal dengan nama panggilan Barry. Namun saat berusia 10 tahun, dia kembali ke Hawaii untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Setelah melalui berbagai jenjang pendidikan, dia akhirnya meraih gelar Juris Doctor (doktor di bidang hukum) dari Harvard University. Dia lulus dengan predikat magna cum laude.
Sebagai politikus, namanya mencuat ketika saat dia berpidato dalam konvensi Partai Demokrat pada 2004 di Boston. Waktu itu, dia menegaskan apa sesungguhnya yang disebut "impian Amerika".
"Di negeri Amerika yang sesungguhnya, orang tidak perlu menjadi kaya terlebih dulu untuk mewujudkan potensinya," kata Obama.
Dalam kesempatan itu, dia juga mengkritik kebijakan Presiden Bush mengenai Irak. "Ketika kita mengirimkan para pemuda dan pemudi ke tempat yang berbahaya, kita mempunyai kewajiban untuk tidak menutup-nutupi alasan kepergian mereka," ujarnya. Dalam hal profesi, dia memulai karier dengan bekerja selama setahun di Business International Corporation (BIC) yang kini menjadi bagian dari The Economist Group. BIC menyediakan informasi bisnis internasional kepada perusahaan-perusahaan yang menjadi kliennya. (berbagai sumber-ben).

MASA KECIL BARRY
Jakarta - Selain dari rumah yang masih berdiri utuh, jejak Barack Obama juga bisa ditelusuri melalui musala At-Taklimiyah (sekarang musala Ar-Rahmah-Red). Di musala inilah Barack Obama sering bermain dengan teman-teman sebayanya.
Musala ini berada di gang sempit, hanya sekitar 100 meter dari rumah Obama. Obama sering bermain di musala ini sekitar pukul 15.00 hingga pukul 17.30 WIB. Dia biasa bermain kelereng, petak umpet, dan lain-lain di musala ini.
Obama juga sering digoda oleh teman-teman sebayanya. Pernah suatu saat Obama dipakaikan kain sarung oleh teman-temannya. Setelah itu, Obama ditertawakan karena lucu. Meski sering bermain di musala, Obama tidak pernah ikut salat atau mengaji. Setelah bermain di musala menjelang magrib, Obama pulang ke rumahnya, sementara teman-temannya salat magrib.
Seusai menuntut ilmu bidang geografi, Lolo mengajak Ann tinggal di Indonesia. Ayah tiri Obama itu adalah tentara berpangkat Letnan yang bertugas di Direktorat Jenderal Topografi TNI AD. Kabarnya pernah juga ia bekerja menjadi konsultan di beberapa perusahaan minya, seperti Pertamina dan Mobil Oil.
Dalam biografinya The Audatcity of Hope, Obama sempat menyinggung masa kecilnya. “keluarga kami tidak berkecukupan pada tahun-tahun awal itu, karena angkata bersenjata Indonesia tidak membayar para letnannya dengan gaji besar. Kami tinggal di sebuah rumah sederhana, di pinggiran kota, tanpa pendingin udara, kulkas atau toilet siram. Kami tidak punya mobil. Ayah tiri saya mengendarai sepeda motor, sementara ibu saya naik bus umum setiap pagi ke kedutaan AS, tempatnya bekerja sebagai guru bahasa Inggris.”
Obama bergaul dengan anak-anak tetangga seperti biasa. Justru ia cepat sekali populer, lantaran bentuk fisiknya yang lain dari anak kebanyakan. “Mainnya sama anak-anak kampung di sini seperti biasa. Yang saya ingat, dia biasa bermain gundu dan sepak bola,” tutur Zulfan Adi, tetangga dan teman kecil Barry Obama.
Adi ingat kenakalan anak-anak di sekitar Barry Obama. Sesekali beberapa teman kadang iseng menggodanya. Ketika bermain gundu misalnya, kadang Barry dicurangi. “Tapi dia tahu kalau lagi dikerjain. Barry biasanya bilang, … Kamu curang, kamu curang.” Disitu kelihatan kalau dia anak yang cerdas dan cepat beradaptasi.
Tubuh Barry Obama yang tinggi dan berisi, membuat orang-orang tua juga sering merasa gemas. Kadang ia digelitiki sampai tertawa geli. Atau diberi makanan yang asing di lidah untuk melihat reaksinya, seperti makan terasi atau ikan asin. Kenakalan yang agak keterlaluan, Barry pernah dipegang ramai-ramai oleh teman-temannya dan dilempar ke rawa-rawa. Ternyata dia bisa berenang. Ah, dasar anak-anak!
Memasuki usia sekolah, Barry Obama didaftarkan orang tuanya ke SD Santo Fransiskus Asisi, sekitar 150m dari rumahnya. Kelas 3 SD, Barry pindah ke SD Besuki di kawasan Menteng, yang sekarang menjadi SDN Menteng 01.

“Saya bersekolah di sekolah-sekolah Indonesia dan bergaul dengan anak-anak petani, pelayan, penjahit, dan juru tulis.” Ujar Obama di salah satu bukunya.
“Dulu sebagai siswa SD, setiap pagi Barry dan teman-temannya harus mengucapkan Pancasila di kelas. Barry juga ikut kegiatan pramuka.” ujar Rully, teman SD Barry Obama.
HRully yakin karakter Obama banyak terbentuk semasa tinggal di Indonesia. Kemampuan Barry dalam beradaptasi dengan lingkungan, serta sifat solidernya terhadap teman-teman, juga jadi catatan tersendiri buat Rully. Ia berharap sikap itu akan tercermin dalam kebijakan-kebijakan politik Obama kelak.
www.suaramerdeka.com
www.detiknews.com

1 komentar:

RhYzAt_nUe mengatakan...

wah QT patut bangga dunk,,,
secara barry pernah tinggal di Indonesia...
buat lagi artikel-artikel yang bagus ya Qie...

Posting Komentar

Segala Ada.. Disini Azza.. © 2008 Template by:
SkinCorner